Hidup Itu Tidak Kekal
"Hidup itu tidak kekal." ya... Tidak hanya kehidupan itu yang tidak kekal, tetapi segala sesuatu atau apapun di dunia memang tidak ada yang kekal! Jika kita tidak melakukan apa yang kita bisa hari ini, segala sesuatunya pasti bisa berubah esok hari dan hingga bisa lepas kendali.
Meskipun setiap orang terlihat memiliki "hari ini" sebagai "hadiah" yang tak terbatas, tidak ada yang dapat meramalkan jika seseorang masih dapat melakukan apa yang dia inginkan besok. Meskipun dikatakan bahwa "Hidup ada di antara setiap napas," mampu bernapas tidak cukup dalam hidup. Yang juga kita butuhkan adalah tubuh yang sehat dan pikiran yang tajam.
Namun, sulit untuk menjamin bahwa kita akan selalu memiliki kesehatan yang baik dan pikiran yang tajam. Kami tidak tahu bagaimana pikiran akan berubah pada saat berikutnya. Karena itu, kita harus menggunakan pikiran jernih dan vitalitas suara kita sebaik-baiknya, bahkan jika itu hanya berlangsung sebentar. Untuk memanfaatkan pikiran kita sebaik-baiknya, kita perlu melatih hati duniawi kita untuk menjadi seperti orang suci dan seperti hati Buddha. Tetap tidak terpengaruh oleh lingkungan eksternal membutuhkan pembelajaran, pelatihan, dan penyempurnaan yang berkelanjutan dalam interaksi kita dengan orang-orang.
Misalnya, ketika orang lain menegur kita, teguran itu pada dasarnya hanya kata-kata. Saat orang menyemangati atau memuji kita, itu pun hanya kata-kata. Kita tidak perlu merasa senang ketika dipuji, kita juga tidak perlu merasa frustrasi ketika ditegur. Jika kita dapat memperlakukan omelan orang lain sebagai kritik dan dorongan yang membantu, bukankah kita harus merasa bahagia dan dengan penuh syukur menerimanya? Selain itu, kita bahkan harus berterima kasih kepada orang tersebut karena menunjukkan kekurangan kita!
Orang awam sering kali menganggap dirinya pintar, dan merasa jika tidak bereaksi atau membantah apa yang dikatakan orang lain, orang lain akan menganggapnya konyol. Seringkali, orang-orang biasa dihalangi oleh "kepintaran" mereka sendiri, dan akibatnya, hati mereka dipenuhi dengan kekhawatiran yang tiada habisnya. Karena itu, kita perlu bekerja membersihkan polusi di hati kita.
Hidup itu tidak kekal. Saya berharap kita semua dapat menantang kebiasaan negatif kita dan mengubah lingkungan kita dengan mengubah persepsi kita. Dengan memperlakukan hinaan sebagai kritik membangun dan sebagai dorongan, kita membawa kejelasan dan kedamaian di hati kita.